SUPERSEMAR: Perang Dingin Sebagai Kedudukan Internasional
Amerika Serikat, pada tahun 1966 merupakan sebuah negara adikuasa yang melibatkan diri dalam Perang Dingin, suatu konflik internasional yang sudah dimulai sejak berakhirnya Perang Dunia ke II pada tahun 1945. Perang Dingin menimbulkan pertentangan antara kubu negara-negara Barat-Kapitalis yang dipelopori oleh Amerika Serikat melawan kubu negara-negara Komunis-Sosialis di bawah pengaruh Uni Soviet. Perang itu disebut “dingin” karena memang tidak disertai konflik fisik secara langsung antara pemimpin kedua kubu. Akan tetapi, di luar kedua negara adidaya itu Perang Dingin tidak selalu “dingin” karena melibatkan konflik bersenjata yang “panas” dan sangat mematikan, seperti misalnya di Korea, Vietnam, dan Afghanistan.
Berkaitan dengan Indonesia, waktu itu Amerika Serikat amat sangat khawatir melihat negara ini yang dirasa semakin condong ke kiri dan dengan demikian semakin mengancam kepentingan AS beserta sekutunya. Tempat kedudukan (ranking) sebagai partai pemenang terbesar ke-4 dalam Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 1955 yang diraih Partai Komunis Indonesia (PKI) membuat kekhawatiran itu semakin nyata. Semangat untuk melawan pertumbuhan pengaruh Komunis inilah yang antara lain mendorong keterlibatan Amerika dalam Pemberontakan PRRI/Permesta pada pertengahan tahun 1950-an. Setelah Pemberontakan tersebut gagal, berbekal semangat yang sama Amerika mulai merangkul para perwira militer Indonesia untuk dididik di sekolah-sekolah militer di AS.
Secara lebih khusus, Amerika waswas mengikuti pesatnya perkembangan Partai Komunis Indonesia (PKI), yang pada tahun 1964 telah tumbuh menjadi partai Komunis terbesar dunia di luar blok Uni Soviet-Cina. Menjadi lebih meresahkan lagi ketika disadari bahwa antara Bung Karno dan PKI terjalin hubungan yang semakin erat dan saling mendukung. Retorika Bung Karno yang sangat anti neo-kolonialisme dan anti neo-imperialisme Barat juga turut mengancam Washington. Amerika sadar, Bung Karno tidak hanya memiliki pengaruh yang sangat kuat di dalam negeri saja, melainkan juga di luar negeri, khususnya di antara negara Non-Blok. Bagi Amerika dan sekutunya, konflik Indonesia melawan pembentukan Federasi Malaysia adalah salah satu contoh dari tujuan Bung Karno untuk memperluas pengaruh militernya di luar batas-batas Indonesia.
Melihat dinamika seperti itu Amerika berupaya memengaruhi Indonesia agar menghentikan orientasi kirinya dan agar membelokkan orientasi itu ke arah yang sesuai dengan kepentingan Barat. Amerika pun terus berusaha mengikis kekuasaan dan pengaruh Bung Karno serta PKI, sekaligus berharap pemerintahannya suatu saat diganti dengan pemerintahan baru yang pro-Barat, pro-Kapitalis. Di tengah ambisi Amerika yang seperti itulah Supersemar lahir. Kelahiran surat itu, serta bagaimana nantinya ia menjadi legitimasi bagi lahirnya pemerintahan yang pro-Barat, seakan merupakan hujan pertama yang membasahi bumi setelah musim kemarau yang begitu panjang.
Post a Comment for "SUPERSEMAR: Perang Dingin Sebagai Kedudukan Internasional"